Kebutuhan ikan di Sumbawa Barat cukup besar, harga produk lokal kalah saing dengan harga dari pulau lombok.

Foto : pasar ikan

Pertemuan para pedagang dan para pembudidaya ikan air tawar beberapa hari lalu, senin (29/2) di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan, Pertemuan yang di inisiasi oleh Petugas Penyuluh Perikanan ini membahas tetang keluhan pembudidaya ikan air tawar yang sulit dalam memasarkan hasil produksinya,khususnya ikan lele.
Hadir dalam kegiatan tersebut sedikitnya 45 orang diantaranya pedagang dan pembudidaya ikan air tawar yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat.

Foto : DKP KSB - Kadis Lutkan Ir. H. Mansyur, MM, dalam acara Temu Usaha.

Harga ikan lele yang di jual oleh pembudidaya lokal rata-rata berkisar Rp 25.000 - 28.000 per kilogram di lokasi (kolam).  Sementara Hj. Sapaiyah seorang pengepul ikan dari kelurahan sampir mengatakan bahwa mayoritas pengepul ikan air tawar mengambil ikan dr pulau lombok dengan harga Rp. 24.000 perkilogram untuk ikan nila dan Rp. 22.000 perkilogram untuk ikan lele yang di terima dalam box strerofom yang di antarkan hingga depan rumah mereka.

Foto : KMC News - pasar bayangan di Taliwang

Lalu para pengepul ini menjual kembali ikan tersebut kepada pengecer dengan harga Rp. 25.000 per kilogram untuk ikan nila dan Rp. 23.000 per kilogram untuk ikan lele dan para pengecer ini nantinya menjual kepadaa konsumen dngan hrga bervariasi antara Rp.30.000 - 35.000 perkilogram tergantung jarak tempuh pemasarannya.

Menurut kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Ir. H. Mansyur, MM, kebutuhan ikan air tawar di KSB sesungguhnya cukup besar.
" Kalao kita asumsikan saja kebutuhan ikan air tawar kita seperti angka konsumsi ikan untuk provinsi NTB untuk tahun 2017, yaitu sebesar 39 kilogram / kapita/ tahun,  tinggal dibagi 365 hari dalam satu tahun lalu dikalikan dengan jumlah penduduk KSB,  maka kita bisa mengetahui berapa kebutuhan ikan kita" jelasnya
Untuk konsumsi ikan air tawar di asumsikan 12% dari konsumsi ikan perkapita/tahun.

Agusman, S. Pt Kabid Sumberdaya dan Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, juga mengatakan " bahwa kita tidak bisa mendukung Masuknya produk dari luar daerah,  Karen ini adalah perdagangan bebas.  Yang dapat kita lakukan adalah memperkuat daya saing kita agar tidak tergerus pada persaingan pasar.

Agusman menawarkan juga bila produksi ikan lele melimpah,  salah satu Alternatifnya yaitu dengan melakukan pengolahan menjadi produk lain,  seperti abon dan keripik.  Usaha pengolahan ini dapat meningkatkan nilai tambah (add value)  dan memeperpanjang daya simpan sehingga pemasarannya bisa lebih luas.

Pada kesempatan yang sama, Farhan, S. Pi, M, Si Kabid perikanan budidaya mengatakan bahwa saat ini pola tebar dan panen pembudidaya di Sumbawa Barat adalah "all in, all out" artinya jika pembudidaya mempunyai 10 kolam,  ditebari benih bersamaan dan di panen dalam waktu yang bersamaan pula, hal ini mengakibatkan jumlah suplai ikan dipasaran pada suatu saat sangat melimpah,  sehingga harga rendah dan pada suatu saat tidak ada suplai atau tidak kontinyu. Pola ini harus dibenahi dengan pengaturan jadwal pola tebar dan panen,  baik pada satu pembudidaya dan pada pembudidaya lainnya secara koordinasi.
Farhan juga mengatakan, sebenarnya dalaam ilmu usahaa, sebelum kita memproduksi suatu barang, terlebiih dahulu harus di analisa peluang Pasarnya.
(Kominfo FR)

Comments

Popular posts from this blog

Manfaat dan bahaya dalam konsumsi kepiting.

Potensi besar kerajinan kain tenun Kertasari Sumbawa Barat.

Terapkan Aplikasi e-Anjab dan ABK. Pemda Adakan Pelatihan di Bandung